Sikap Berjalan dan Berpakain yang Terlarang
ADAB BERPAKAIAN
Sikap Berjalan dan Berpakain yang Terlarang
Allah Taala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ ١٨ وَٱقۡصِدۡ فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ [لقمان: ١٨، ١٩]
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [Luqman/31: 18-19]
وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِأَرۡجُلِهِنَّ لِيُعۡلَمَ مَا يُخۡفِينَ مِن زِينَتِهِنَّۚ [النور : ٣١]
Janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. [An Nuur/24 : 31]
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: نَهَى رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- عَنْ لِبْسَتَينِ: أَنْ يَحْتَبِيَ الرَّجُلُ فِي الثَّوبِ الوَاحِدِ لَيْسَ عَلَى فَرْجِهِ مِنْهُ شَيْءٌ، وَأَنْ يَشْتَمِلَ بِالثَّوبِ الوَاحِدِ لَيْسَ عَلَى أَحَدِ شِقَّيهِ. أخرجه البخاري.
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu `anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam melarang dua cara berpakain: seseorang memakai sehelai kain dan duduk ihtiba’ ( duduk dengan cara menempelkan pantat ke lantai sambil menegakkan kedua betis dan menyandarkan tangan ke belakang ) tak ada kain yang menutupi kemaluannya, dan memakai sehelai kain dengan cara melilitkannya ke seluruh badan ( sehingga bila ingin mengeluarkan tangannya harus mengangkat kainnya ) yang tidak tertutup kain tubuh bagian yang lain”. HR. Bukhari. [1]
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال النبي- صلى الله عليه وسلم-: «بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ، مُرَجِّلٌ جُمَّتَهُ، إذْ خَسَفَ الله بِهِ، فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إلَى يَوْمِ القِيَامَةِ». متفق عليه.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu `anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Ketika seseorang berjalan dengan pakainnya yang membuat dirinya merasa takjub, rambutnya di sisir rapi, berjalan dengan angkuh, tiba-tiba Allah membenamkannya ke dalam (bumi), maka ia menyelam di perut bumi hingga hari kiamat.” Muttafaq ’alaih . [2]
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: لَعَنَ رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ. أخرجه البخاري.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu `anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” HR. Bukhari. [3]
Wanita Dilarang Tabarruj Dengan Pakaian atau Perhiasan.
Allah Taala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا [الاحزاب : ٥٩]
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al Ahzab: 59]
Allah Taala berfirman:
وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَاۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ [النور : ٣١]
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. [An Nuur/24 : 31]
Allah Taala berfirman:
وَٱلۡقَوَٰعِدُ مِنَ ٱلنِّسَآءِ ٱلَّٰتِي لَا يَرۡجُونَ نِكَاحٗا فَلَيۡسَ عَلَيۡهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعۡنَ ثِيَابَهُنَّ غَيۡرَ مُتَبَرِّجَٰتِۢ بِزِينَةٖۖ وَأَن يَسۡتَعۡفِفۡنَ خَيۡرٞ لَّهُنَّۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ [النور : ٦٠]
Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana. [An Nuur/24 : 60]
Memberikan Perhatian Terhadap Kebersihan dan Keindahan
عن أبي الأحوص عن أبيه قال: أَتَيْتُ النَّبِيَّ- صلى الله عليه وسلم- فِي ثَوبٍ دُونٍ فَقَالَ: «أَلَكَ مَالٌ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «مِنْ أَيِّ المَالِ؟» قَالَ: قَدْ آتَانِي الله مِنَ الإبِلِ وَالغَنَمِ وَالخَيلِ وَالرَّقِيقِ. قَالَ: «فَإذَا آتَاكَ الله مَالاً فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ الله عَلَيكَ وَكَرَامَتِهِ». أخرجه أبو داود والنسائي.
Dari Abu Ahwash dari ayahnya , ia berkata : aku menemui Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam dengan berpakaian yang sangat lusuh, maka beliau bersabda: Apakah engkau memiliki harta ? Ia berkata : Allah telah memberiku rizki, berupa; unta, kambing, kida dan budak . beliau bersabda : bilamana Allah telah memberimu rizki maka perlihatkanlah bekas nikmat Allah dan karunia-Nya atasmu”. H.R Abu Daud dan Nasa’i. [4]
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: أتَاَناَ رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- فَرَأَى رَجُلاً شَعِثاً قَدْ تَفَرَّقَ شَعْرُهُ فَقَالَ: «أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ»؟ وَرَأَى رَجُلاً آخَرَ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ فَقَالَ: «أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوبَهُ». أخرجه أبوداود والنسائي.
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu `anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam mendatangi kami , lalu beliau melihat seseorang yang rambutnya kusut, maka beliau bersabda: Apakah orang ini tidak punya sesuatu untuk merapikan rambutnya? Dan beliau melihat seseorang yang pakaiannya kotor, maka beliau bersabda: Apakah orang ini tidak memiliki air untuk membasuh pakaiannya?. H.R Abu Daud dan Nasa’i. [5]
Kain Penutup Kepala
عن عمرو بن حُريث رضي الله عنه قال: كَأَنِّي أَنْظُرُ إلَى رَسُولِ الله- صلى الله عليه وسلم- عَلَى المِنْبَرِ وَعَليَه ِعِمَامَةٌ سَوْدَاءُ، قَدْ أَرْخَى طَرَفَيْهَا بَينَ كَتِفَيهِ. أخرجه مسلم
Dari Amru bin Huraits Radhiyallahu `anhu, ia berkata : “Sepertinya aku melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, beliau memakai sorban berwarna hitam dan mengulurkan dua ujung sorban tersebut di antara dua bahunya”. HR. Muslim. [6]
Doa saat Memakai Pakaian Baru
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: كَانَ رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- إذَا اسْتَجَدَّ ثَوباً سَمَّاهُ بِاسْمِهِ: إمَّا قَمِيصاً أَوْ عِمَامَةً ثُمَّ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ كَسَوتَنِيهِ، أَسْأَلُكَ مِن خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ» قَالَ أَبُو نَضْرَةَ: فَكَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وسلم- إذَا لَبِسَ أَحَدُهُمْ ثَوباً جَدِيداً قِيلَ لَهُ: تُبْلِي وَيُخْلِفُ الله تَعَالَى. أخرجه أبو داود والترمذي.
Dari Abu Sa’id Al Kudri Radhiyallahu `anhu , ia berkata : “Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bila memakai pakaian baru baik sorban, gamis, beliau mengucapkan:
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ خَيْرَهُ وَخَيْرَ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ
Ya Allah, segala puji untukku Engkau yang memberiku pakaian, aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan itu dibuat, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan pakaian itu dibuat”.
Abu Nadhrah berkata : Para sahabat Nabi , bila salah seorang diantara mereka memakai pakaian baru mereka mengucapkan kepadanya:
تُبْلِي وَيُخْلِفُ اللهُ تَعَالَى.
”Kenakanlah sampai lusuh, semoga Allah ta’ala memberikan gantinya kepadamu. HR Abu Daud dan Tarmizi. [7]
Doa yang Diucapkan Kepada Orang yang Memakai Pakaian Baru
عن أم خالد بنت خالد قالت: أُتِيَ رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- بِثِيَابٍ فِيهَا خَمِيْصَةٌ سَودَاءُ فَقَالَ: «مَنْ تَرَونَ نَكْسُوهَا هَذِهِ الخَمِيصَةَ؟» فَأُسْكِتَ القَومُ. فَقَالَ: «ائْتُونِي بِأُمِّ خَالِدٍ» فَأُتِيَ بِيَ النَّبِيَّ- صلى الله عليه وسلم- فَأَلْبَسَنِيهَا بِيَدِهِ، وَقَالَ: «أبْلِي وَأخْلِقِي» مَرَّتَينِ .أخرجه البخاري.
Dari Ummu Khalid binti Khalid Radhiyallahu `anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dihadiahkan untuk nya pakaian yang terbuat dari wol , lalu beliau bersabda : Siapakah menurut kalian yang pantas memakai ini . para sahabat terdiam , maka beliau bersabda : Panggil Ummu khalid ! maka Ummu khalid dibawa ke hadapan Nabi. Lalu beliau mengambil pakaian tersebut dan memakaikannya kepada Ummu Khalid, seraya bersabda : Pakailah sampai lusuh 2 x ! HR. Bukhari. [8]
Cara memakai Terompah/Sandal
عن جابر رضي الله عنه قال: سمعت النبي- صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِي غَزْوَةٍ غَزَوْنَاهَا: «اسْتَكْثِرُوا مِنَ النِّعَالِ؛ فَإنَّ الرَّجُلَ لا يَزَالُ رَاكِباً مَا انْتَعَلَ» . أخرجه مسلم.
Dari Jabir Radhiyallahu `anhu ia berkata : aku mendengar Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah peperangan: “Pakailah terompah ! karena orang yang memakai terompah sepertinya dia sedang naik kendaraan“. HR. Muslim . [9]
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: «إذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأ بِاليَمِينِ، وَإذَا انْتَزَعَ فَلْيَبْدَأ بِالشِّمَالِ، لِتَكُنِ اليُمْنَى أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ وآخِرَهُمَا تُنْزَعُ». متفق عليه.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu `anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Bila salah seorang kalian memakai terompah mulailah dari kanan dan beliau menanggalkannya mulailah dari kiri, hendaklah terompah yang kanan yang pertama dipakai dan yang terakhir ditanggalkan”. Muttafaq ’alaih. [10]
Cincin Laki-laki Dipakai di mana?
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم: «أَنَّهُ نَهَى عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ» متفق عليه
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu `anhu dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bahwa Nabi melarang memakai cincin emas. Muttafaq alaih . [11]
عن أنس رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ- صلى الله عليه وسلم- كَانَ خَاتَمُهُ مِنْ فِضَّةٍ وَكَانَ فَصُّهُ مِنْهُ. أخرجه البخاري
Dari Anas Radhiyallahu `anhu bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam memakai cincin terbuat dari perak dan permatanya juga. H.R. Bukhari . [12]
عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- لَبِسَ خَاتَمَ فِضَّةٍ فِي يَمِينِهِ، فِيهِ فَصٌّ حَبَشِيٌّ، كَانَ يَجْعَلُ فَصَّهُ مِمَّا يَلِي كَفَّهُ. أخرجه مسلم.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memakai cincin perak di jari kanannya, permatanya permata Habasyah, permatanya di tempatkan di arah telapak tangan. H.R. Muslim . [13]
عن أنس رضي الله عنه قال: صنع النبي- صلى الله عليه وسلم- خاتماً، فقال: «إنَّا اتَّخَذْنَا خَاتَماً وَنَقَشْنَا فِيهِ نَقْشاً، فَلا يَنْقُشْ عَلَيهِ أَحَدٌ» قَالَ: فَإنِّي لأَرَى بَرِيقَهُ فِي خِنْصَرِهِ. أخرجه البخاري.
Dari Anas Radhiyallahu `anhu ia berkata: Nabi shallallahu `alaihi wa sallam membuat cincin , lalu bersabda: ” Kami mebuat cincin dan diukir pada bagian atasnya ( nama Nabi ) maka jangan ada seorangpun yang mengukir ( nama Nabi pada cincinnya ). Anas berkata: sungguh aku melihat kilapan cincin tersebut di jari manis beliau. H.R. Bukhari . [14]
Perhiasan apa saja yang Dibolehkan bagi Wanita.
عن ابن عباس رضي الله عنهما: شَهِدتُّ العِيدَ مَعَ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى قَبْلَ الخُطْبةِ، فَأَتَى النِّسَاءَ فَجَعَلْنَ يُلْقِينَ الفَتَخَ وَالخَوَاتِيمَ فِي ثَوْبِ بِلالٍ. متفق عليه.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu `anhuma ia berkata: Saya shalat ied bersama Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, beliau shalat sebelum khutbah … lalu beliau mendatangi shaf wanita ( menganjurkan mereka bersedekah ) maka mereka meletakkan cincin mereka di atas kain Bilal. Muttafaq alaih . [15]
عن عائشة رضي الله عنها أَنَّهَا اسْتَعَارَتْ مِنْ أَسْمَاءَ قِلادَةً فَهَلَكَتْ، فَبَعَثَ رَسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم- رَجُلاً فَوَجَدَهَا، فَأَدْرَكَتْهُمُ الصَّلاةُ وَلَيسَ مَعَهُمْ مَاءٌ، فَصَلَّوْا فَشَكَوْا ذَلِكَ إلَى رَسُولِ الله- صلى الله عليه وسلم- فَأَنَزْلَ الله آيَةَ التَّيَمُّمِ. متفق عليه.
Dari Aisyah Radhiyallahu `anha bahwa ia meminjam kalung Asma’, ( dalam perjalanan ) kalung tersebut hilang. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan seseorang mencarinya. Dan waktu shalat tiba sedangkan mereka tidak memiliki persediaan air untuk shalat. Maka para sahabat mengadukan perihal tersebut kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam . lalu Allah menurunkan ayat tayammum. Muttafaq alaih. [16]
Bersikap Sederhana Dalam hal Pakain dan Hamparan.
عن أبي بردة قال: أخْرَجَتْ إلَيْنَا عَائِشَةُ كِسَاءً وَإزَاراً غَلِيظاً، فَقَالَتْ: قُبِضَ رُوحُ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وسلم- فِي هَذَيْنِ. متفق عليه
Dari Abu Burdah Radhiyallahu `anhu, ia berkata : “`Aisyah Radhiyallahu `anha mengeluarkan sehelai pakaian dan sehelai sarung yang kasar, ia berkata : “Ketika Rasulullah wafat, ia memakai dua helai kain ini”. Muttafaq ’alaih. [17]
عن عائشة رضي الله عنها قالت: إنَّمَا كَانَ فِراشُ رَسُولِ الله- صلى الله عليه وسلم-، الَّذِي يَنَامُ عَلَيْهِ، أَدَماً حَشْوُهُ لِيفٌ. أخرجه مسلم.
Dari Aisyah Radhiyallahu `anha ia berkata: Kasur tempat tidur Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam terbuat dari kulit yang diisi sabut. H.R. Muslim . [18]
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Fiqih Al-Qur’an dan Sunnah (Keutamaan Amal, Adab, Dzikir dan Doa-Doa) فقه القرآن والسنة في الفضائل والأخلاق والآداب والأذكار والأدعية ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 2077.
[2] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5789 dan Muslim no hadist : 2088.
[3] Diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5885.
[4] Hadist shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud no hadist : 4063 dan Nasa’i no hadist : 5224.
[5] Hadist shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud no hadist : 4062 dan Nasa’i no hadist : 5236.
[6] Diriwayatkan oleh Muslim no hadist : 1359.
[7] Hadist shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud no hadist : 4020 dan Tirmizi no hadist : 1767.
[8] Diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5845.
[9] Diriwayatkan oleh Muslim no hadist : 2096.
[10] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5856 dan Muslim no hadist : 2097.
[11] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5864 dan Muslim no hadist : 2089.
[12] Diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5870.
[13] Diriwayatkan oleh Muslim no hadist : 2094.
[14] Diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5874.
[15] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5880 dan Muslim no hadist : 884.
[16] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 336 dan Muslim no hadist : 367.
[17] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist : 5818 dan Muslim no hadist : 2080.
[18] Diriwayatkan oleh Muslim no hadist: 2082.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/84467-sikap-berjalan-dan-berpakain-yang-terlarang.html